Lagi pengen posting tulisan jadul. Tepatnya aku nulis ini tanggal 14 februari 2015, beberapa hari setelah ulang tahunku yang ke 24.
Walesi, Surga Kecilku
*Prolog
Siapa sangka
aku ‘kan sampai di ujung timur Indonesia. Mengabdikan diri mengajar anak-anak
Walesi, Papua yang beragama muslim tak pernah terbesit sedikitpun di benakku.
Hidup disini sangat jauh berbeda dengan tempat tinggalku di Pekanbaru, yang
semuanya serba ada. Tapi dengan berada disini aku jadi lebih banyak belajar
tentang hidup. Aku tidak hanya menjadi guru disini, tapi juga sebagai murid.
Aku tidak hanya mengajar tapi juga belajar. Aku tidak hanya mendidik tapi juga
dididik. Semakin hari aku semakin bertumbuh disini, dan berharap sepulang
dari tempat ini aku punya bekal untuk menjalani masa depanku dan menjadi
manusia yang lebih baik lagi.
·
Semua bermula dari sini…
Aku
mencoba mengingat kembali apa alasanku mengikuti tes SM-3T dan PPG yang
diadakan oleh DIKTI. Aku tidak terlalu ingat kapan persisnya aku mengetahui
program tersebut. Yang aku tahu saat itu aku masih menjadi mahasiswa, masih
kuliah di kelas seperti biasanya. Aku tidak terlalu mendengarkan cerita dosenku
hari itu karena berbagai hal menghinggapi pikiranku. Tapi mengetahui
tentang program SM-3T, tujuanku setelah tamat nanti pun berubah, aku merasa
memiliki mimpi baru.
Sejak
masuk perkuliahan di pendidikan kimia, aku tak pernah memiliki mimpi akan
menjadi guru yang bagaimana. Yang aku tahu, saat akan tamat SMA aku mengikuti keinginan orang
tuaku, menjadi seorang guru. Profesi guru memang mulia, darinya lahir
calon-calon pemimpin, penggerak dan pelopor kemajuan negeri ini. Jadi guru di
era modern pun tak lagi sulit, gajinya jelas, uang tunjangan dan lain-lain pun
ada. Jadi guru, kita bisa memiliki waktu yang cukup banyak bagi keluarga
dibandingkan pegawai kantoran, ketika siswa libur, guru pun ikut libur. Semua
hal positif ini menjadi wejangan orang tuaku saat aku akan memutuskan masa
depanku. Aku memang suka berbagi ilmu, aku suka mengajar dan diajar, tapi untuk
menjadi guru di sekolah, sedikitpun tak pernah terniat bahkan terbesit
dipikiranku.
Seiring
bergulirnya waktu, kucoba untuk merajut mimpi baru ini. Aku
mengumpulkan kembali kepingan-kepingan semangatku untuk meneruskan langkah yang
telah kupilih. Yaitu menjadi guru. Aku mulai belajar melihat
kehidupan ini dari sudut pandang guru. Aku mulai banyak mencari tahu tentang
pendidikan negeri ini. Aku berusaha mencontoh para pendahulu yang banyak
berkorban demi pendidikan negeri ini. Aku mulai memaknai arti sekolah, tidak
hanya bagi guru tapi juga bagi siswa. Sekolah bukan hanya tempat menuntut ilmu,
bukan hanya tempat pelarian dari masalah, bukan hanya tempat mencari ijazah.
Tapi lebih dari itu, disinilah semua mimpi dan cita anak-anak muncul, disinilah
tempat cinta dan persahabatan bersemi, disinilah seseorang bisa turut andil
dalam pertumbuhan dan perkembangan generasi baru menuju impian-impiannya.
Sebelum
tamat aku sudah pernah terjun langsung menjadi guru di sekolah. Yaitu pada saat
PPL 2 dan penelitian tugas akhir. Meskipun masih calon guru aku coba menerapkan dan mencari cara
belajar mengajar yang baik menurutku. Aku mencoba berbaur dengan siswa-siswaku.
Berbagi ilmu, berbagi cerita. Aku belajar ikhlas dan belajar tidak marah pada
siswaku. Sekesal apapun hatiku, aku mencoba tetap menjaga ucapanku dan memilih
diam daripada harus menyakiti perasaan siswaku. Karena aku tak suka guru yang
jutek dan judes. Aku belajar merebut perhatian seluruh siswaku tanpa
terkecuali. Karena aku tak suka guru yang pilih kasih. Aku melatih ingatanku
untuk menghapal seluruh nama siswaku. Karena aku tak suka guru yang mengajarku
tidak tahu namaku. Aku mencoba mengajarkan mereka untuk tidak malas dengan
selalu memberikan tugas ataupun catatan, dan menghargai usaha mereka dengan
selalu memeriksanya serta menilainya. Karena aku tak suka guru yang selalu
memberikan tugas tapi lupa memeriksanya bahkan mengumpulkannya. Aku akan selalu
memberikan kesempatan bagi yang mau berusaha dan berubah. Karena aku tak suka
guru yang men-judge siswanya pasti
tidak bisa. Aku akan selalu mendengarkan keluh kesah siswaku dan berusaha terus
menjadi lebih baik. Karena aku hanya ingin menjadi guru yang baik bagi siswaku.
Jika hanya
ingin menjadi seorang guru yang baik, haruskah mengikuti SM-3T? Sebenarnya tidak. Tapi saat itu bagiku "Ya" aku harus ikut SM-3T. Aku
merasa aku perlu membekali diriku dengan menambah pengalaman mengajar di daerah
3T. Dari televisi,
dari berbagai artikel, aku sudah melihat dan mendengar cukup banyak bagaimana
pendidikan di negeri ini, terutama di daerah 3T. Pun sebagai anak bangsa, aku
rasa aku belum pernah berbuat apa-apa untuk negeri ini. Dengan bekal yang
kumiliki yaitu ijazah S1, setidaknya walaupun sedikit aku bisa turut andil
mensukseskan program pemerintah ini. Mengabdi pada negeri ini. Aku tak
mempersoalkan bagaimana kehidupanku disana nanti. Mau bagaimana gajinya, tempat
tinggalnya, keamanannya, fasilitasnya, sungguh aku tak ambil pusing. Aku yakin
pertolongan Allah akan senantiasa ada dimanapun aku berada. Lalu jika hanya
begitu haruskah melalui SM-3T? Jawabannya lagi-lagi "Ya". Jika aku ingin mewujudkan
keinginan-kenginanku ini aku tak punya pilihan lain selain SM-3T. Hanya dengan program ini aku bisa meyakinkan kedua
orang tuaku untuk mendukung inginku. Hanya dengan program ini aku bisa keluar
dari rumahku tanpa membuat orang tuaku banyak khawatir.
·
Aku peserta SM-3T…
66 pejuang SM-3T dari Riau
Mona Hotel Plaza, disini
aku bertemu wajah-wajah baru yang akan menjadi teman seperjuang, teman berbagi,
teman senasib, tapi aku lebih suka menyebutnya sebagai keluarga baruku.
Kegiatan prakondisi yang diikuti sebanyak 60 peserta ini berlangsung dari
tanggal 13-25 Agustus 2014. Kami adalah peserta SM-3T angkatan ke-III LPTK
Universitas Riau dan angkatan IV Nasional. Disini aku menempati kamar hotel
nomor 339 bersama Ningsih, Opi dan Nisa. Ningsih adalah alumni pendidikan
biologi, sedangkan Opi dan Nisa adalah alumni pendidikan Matematika.
Selama
dilatih dan dididik disini banyak ilmu bermanfaat yang kami peroleh. Mulai dari
pengetahuan tentang hukum, kependudukan, manajemen sekolah, kurikulum 2013,
UKS, pramuka, wawasan kebangsaan dan ketahan malangan. Semakin hari kami dibuat
semakin yakin dengan jalan yang kami pilih ini. Kami dibuat semakin siap untuk
menghadapi apapun tantangan yang akan tiba nantinya. Baik saat berada di
Kabupaten Belu, NTT maupun di Kabupaten Jayawijaya, Papua.
saat jadi ketua regu di kegiatan pramuka
ditunjuk jadi danton sebelum berangkat ke Yonif 132
Hal
paling berkesan adalah saat kami dibawa ke Yonif 132 Wira Bima di Salo. Kami
diajak berkeliling dan juga dilatih menembak dengan senapan SS1. Pertama kali
dengar suara tembakan secara live rasanya memang deg-degan sekaligus menakutkan, tapi bukannya takut aku malah
semangat pengen mencoba bagaimana rasanya menggunakan senapan. Tanpa ragu sedikitpun aku menjadi salah satu peserta
perempuan pertama yang memegang senapan dan mencoba untuk menembak. KAmi
masing-masing diberi kesempatan menembak sebanyak tiga kali. Rasanya super
sekali!!!
Selama prakondisi aku bisa
melihat dan membaca berbagai alasan teman-temanku memilih mengabdikan diri di
program SM-3T. Aku juga punya alasan tersendiri disini. Seperti salah satu
quote yang ada dalam film UP yaitu "Adventure
is out there", maka selagi aku muda aku mau membuat petualanganku sendiri,
dan caranya aku harus keluar dari sini, maka inilah pilihanku SM-3T. Aku yang
sejak dulu tak pernah jauh dari orang tuaku, yang biasa mendapatkan fasilitas
lengkap apapun yang aku mau, yang hanya selalu berbicara tentang negeri ini tapi belum pernah melakukan aksi nyata apapun, akhirnya memutuskan untuk mengambil keputusan
terbesar dalam hidupku. Pergi jauh memberi sekaligus menimba ilmu dan mencari
pengalaman hidup. Kabupaten Jayawijaya, Papua, I'm coming.
·
Welcome to Wamena
Senin, 28 Agustus 2014 hari terakhir melihat langsung
senyum keluargaku, terutama ibuku. Aku tahu mereka sedih, tapi mereka tak punya pilihan selain
mendukung keinginanku kali ini. Ini adalah perjalanan pertamaku tanpa mereka.
Aku tak pernah pergi kemana-mana sendiri tanpa mereka. Tapi aku tak benar-benar
sendiri, aku punya keluarga baru yang senasib denganku kini. Aku menguatkan
hatiku untuk tak meneteskan airmata. Aku pergi untuk mengabdi pada negaraku,
mengapa aku harus bersedih?
Kami tiba di bandara Sentani, Jayapura pukul 7 pagi.
Penerbangan menuju Wamena sekitar jam 1 siang, artinya lagi-lagi kami harus
menunggu di bandara. Bayangkan, untuk menuju Wamena kami harus tiga kali naik
pesawat, ini perjalanan yang amat sangat melelahkan.
Pukul setengah dua kami pun tiba di bandara Wamena, turun
dari pesawat kami langsung disambut dengan angin dingin. Tapi
bandara disini tak seperti bandara sebagaimana biasanya, lebih seperti tempat "penampungan" menurutku. Turun dari pesawat kami langsung dibawa ke tempat
menunggu barang. Lihat orang berkoteka? Hahaha, dari awal turun pesawat sudah
kami sudah tersuguhi bapak-bapak berkoteka.
Cuaca di Wamena sangat
berbeda dengan Riau. Disini sangat dingin, untungnya aku sudah mempersiapkan
senjataku, sleeping bag. Sebelum
berangkat kesini kami memang sudah diberitahu oleh senior untuk
mempersiapkannya. Kami menginap di asrama "SILIMO SILOAM" ini selama tiga hari bersama
anak-anak SM-3T dari LPTK Universitas Mulawarman yang berjumlah 30 orang.
Mereka tiba disini sehari lebih cepat dari kami. Selama disini aku tidur
sekamar dengan Rani dan Kak Inda.
30 Agustus 2014, kami dipertemukan dengan kepala sekolah yang akan membawa kami ke tempat penugasan. MI Merasugun Asso Walesi,
bersama Fatma peserta SM-3T dari UNMUL, aku akan memulai hari-hari baruku. Kata Pak Anwar, Kepala MI, selama setahun kami akan menempati rumah lamanya bersama dua orang guru SM-3T
yang bertugas di YPPK Walesi, yaitu Fitri dan Erna. Fitri satu LPTK denganku,
prodi Pendidikan Ekonomi. Erna satu LPTK dengan Fatma, prodi Pendidikan
Biologi. Sedangkan Fatma sama denganku, prodi Pendidikan Kimia. Menurut cerita
Pak Anwar tempat tinggal kami lumayan aman, listrik dan air lancar, dekat
dengan mesjid dan pos tentara. Selepas ngobrol-ngobrol kami berempat langsung
dibawa ke rumah Pak Anwar yang terletak di jalan Yos Sudarso.
foto bareng Pak Anwar, Kepsek MI
Keesokkan harinya kami
berempat belanja bahan makanan, karena mengingat tempat tinggal kami akan jauh
dari kota. Bertepatan dengan hari Minggu, maka kami
pun belanja siang hari. Kenapa? Ada keunikan tersendiri di kota Wamena ini,
hari Minggu dikenal sebagai Hari Tuhan, karena hari Minggu adalah hari ibadah
bagi umat kristiani, sehingga untuk menghormati hari ibadah ini warga
tidak boleh melakukan aktifitas apapun dari pagi sampai siang selain ibadah di
gereja. Hal yang paling mencengangkan lainnya disini adalah harga-harganya yang
mahalnya luar biasa. Harga semua barang di Wamena bisa dua sampai tiga kali
lipat mahalnya, alasan klasik yang selalu diucapkan para pedagang adalah karena
barang-barang naik pesawat.
·
Here
I am…
Hujan turun pada pagi 1
September, walaupun begitu kami tetap semangat untuk bersiap-siap, karena ini
adalah hari penyerahan peserta SM-3T dari LPTK kepada Pemda Kabupaten
Jayawijaya. Kami juga diberitahu sebelumnya bahwa setelah acara masing-masing
kami akan dijemput kepala sekolah untuk diantar ke distrik-distrik tempat kami
bertugas selama setahun.
Benar saja, setelah acara, aku dan tiga teman lain yang ditugaskan ke Distrik Walesi
dijemput oleh Pak Anwar Mas’ud, S.Ag Kepala Sekolah MI Merasugun Asso Walesi.
Diantara seluruh peserta SM-3T Kabupaten Jayawijaya, kami adalah peserta
pertama yang dijemput. Perjalanan menuju distrik Walesi disuguhi dengan
hamparan hijau
pegunungan yang indah, semua serba hijau dengan langit yang membentang biru
berarakkan awan-awan putih. Indah sekali. Kesan pertamaku ketika tiba di Walesi
adalah, ternyata Walesi lebih dingin daripada kota Wamena.
Di sekolah MI aku dipercaya
menjadi wali kelas IV dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, sedangkan di
MTs aku ditunjuk sebagai guru bidang studi Bahasa Inggris. Aku dan Fatma
bekerja sama untuk meningkatkan gairah dan semangat siswa melalui beberapa
kegiatan. Selama di Walesi aku tidak
hanya sibuk dengan kegiatan sekolah dan pesantren. Pada sore hari sesekali
aku ikut berolahraga bersama anak-anak, ikut nonton maksudnya hehe. Disini ada dua lapangan, yaitu lapangan voli dan bola kaki, kedua
lapangan ini selalu ramai baik oleh laki-laki maupun perempuan. Pada dasarnya
aku ini malas sekali berolahraga, tapi demi anak-anak aku
pun mau, lagi-lagi mau nonton maksudnya, haha.
·
My
First Time…
Di sekolah kami juga mengaktifkan kembali kegiatan Upacara Senin pagi dengan
melatih siswa-siswa setiap hari sabtu. Pertama kali melatih anak-anak latihan upacara cukup sulit. Karna anak-anak udah lupa bagaimana upacara. Untung kami dibantu beberapa anggota tentara. Kami juga mengaktifkan kembali perpustakaan, membuat dan mengisi
mading sekolah bersama siswa. Hal ini diharapkan agar siswa memiliki kegiatan
lain selain belajar sehingga siswa tidak
jenuh dan semangat bersekolah, serta untuk meningkatkan rasa kebersamaan antara
kami dan para siswa.
latihan upacara perdana
Yusri, Dewi, Ani, Nigina dan Jannah, pengunjung setia perpustakaan
kegiatan olahraga di sore hari,
meskipun paling kecil, aimo gak bisa dipandang sebelah mata
mading kelas karya kelas IV, anak-anak hebatku
kolaborasi hasil karya anak-anak dan bu gurunya,
jadi makin cantik kena sihir bu guru Fatma
Berbeda dengan distrik lainnya, di Walesi selain mengajar di sekolah
kami juga ikut mengajar para santri mengaji di mesjid. Walesi
dikenal sebagai perkampungan muslim terbesar di Papua. Walesi sering disorot
beberapa kali oleh televisi swasta dan beberapa majalah islam. Aku sendiri
banyak mengucap puji syukur melihat anak-anak Papua mengenakan jilbab, begitu
pula saat pertama kali mendengar salawat yang dilafazkan oleh salah seorang
santri di mesjid. Kegiatan mengaji dilaksanakan pada
ba’da subuh, ashar, dan maghrib. Selain mengaji, juga ada kegiatan belajar malam, aku dan teman-teman juga ikut mengajar bersama
para ustad dan guru-guru lainnya. Perlu diketahui, sebelumnya aku tak pernah mengajar mengaji di mesjid manapun, jadi ini adalah pertama kalinya bagiku. Jadi ustadzah dadakan aku disini, haha. Hal berbeda yang kurasakan lainnya adalah, disini setelah azan, anak-anak akan bersalawat. Kemudian sebelum shalat anak-anak akan membaca dua kalimat syahadat dan niat shalat secara berjemaah. Lalu setiap malam selasa akan dilaksanakan praktek shalat dan malam jum’at akan dilaksanakan yasinan
mesjid Al-aqsho, pusat kegiatan santri
Disini juga untuk pertama
kalinya aku merayakan Hari Raya Idul Adha di tanah Papua. Hal yang paling
membahagiakan adalah aku dapat merayakannya bersama keluargaku SM-3T LPTK
Universitas Riau. Kami sampai urunan supaya bisa ikut menyumbangkan seekor sapi.
Selama beberapa hari menjelang hari qurban aku bersama anak-anak sibuk mencari rumput
untuk makan sapi.
Pada hari raya qurban hal unik yang takkan kita temukan di
mesjid manapun adalah mendengar khutbah dalam bahasa Indonesia dicampur bahasa
Papua.
·
They
are the Inspiration
kesayangan bu guru Ranti
Selama ini
aku hanya menjadi guru bidang studi Kimia. Tak pernah terfikirkan aku akan
menjadi seorang wali kelas, MI pula. Menghadapi anak SD/MI tidak sama caranya
dengan menghadapi anak-anak SMA. Mereka masih polos, suka bermain, dan
kadang-kadang ulahnya bikin garuk-garuk kepala. Aku sempat kewalahan menghadapi mereka, tapi aku berusaha
untuk sabar dan mencoba memahami mereka. Aku mengajar enam orang siswa di kelas 4 yang harusnya tujuh orang. Karena Rudi Yelipele hanya hadir 1-2 kali kemudian memilih berhenti dan membantu orang tua. Keenam lainnya adalah Aimo, Ani, Dewi, Yusri, Rohim dan Rian. Mereka semua mempunyai fam “asso”. Fam
itu sama dengan marga seperti orang Bataklah kira-kira. Karena mereka semua ber-fam asso,
aku pun diberikan fam asso pula oleh mereka. Jadilah namaku Ranti Asso disini.
Anak-anakku sangat suka pelajaran matematika, menggambar dan olahraga. Untuk
pelajaran yang lain aku harus pakai trik supaya mereka bisa duduk tenang dan
memperhatikan pelajaran. Semua siswaku sudah mengenal huruf dan bisa membaca.
Diantara keenam siswaku, Ani adalah yang terpintar dan paling rajin, sedangkan
Rian adalah yang paling lemah dan malas baca. Rian sudah bisa membaca sedikit, tapi masih
sangat lambat dan sering mengeja dulu saat membaca. Aku sampai harus duduk di
sebelahnya supaya dia tidak lari dan menyelesaikan tugas membacanya.
rian yang slalu dapat belajar baca tambahan diluar jam kelas
disaat teman-teman lain gambar yang unik-unik,
Rohim jadi yang paling unik dan simple, bendera Merah Putih
sebenarnya udah jam istirahat, tapi aimo minta penjelasan tambahan,
ujung-ujungnya semua ikut dengerin
dewi buat kincir-kincir di jam prakarya
belajar diluar kelas asik juga
Anak-anakku
yang perempuan sangat suka memberiku bunga. Hampir setiap hari ada saja yang
datang ke rumah mengantarkan bunga. Pernah waktu itu hari pertama ujian aku dibuat pusing
karena Dewi dan Aimo menghilang dari kelas, ternyata mereka pergi ke kolam
mencari bunga. Tanpa merasa bersalah apalagi takut dimarahi, mereka lari-lari ke arahku, dengan napas yang masih terengah-engah mereka bilang, "selamat hari guru bu guru Ranti". Ya ampun aku sampai speechless dengan kelakuan mereka ini. Siapa yang bisa marah kalo anak-anaknya tulus begini ^^
"selamat hari guru bu guru Ranti"
Meskipun
terkadang mereka berulah dan susah dinasehati, tapi perlakuan mereka yang
tiba-tiba menunjukkan rasa kasih sayangnya membuatku luluh dan semakin kuat
untuk bertahan disini sampai tugas dan tujuanku untuk berusaha merubah mereka menjadi sedikit lebih baik tercapai. Meskipun kadang
aku harus "makan hati" karena tingkah laku mereka, haha. Meskipun mereka muslim minoritas, tapi rasa percaya diri mereka saat mengenakan jilbab kemana-mana dan pergi
shalat ke mesjid membuatku terharu dan berusaha menjadi lebih baik agar bisa menjadi
panutan bagi mereka. Aku sadar sebagai guru aku tak sempurna, tapi disini aku
akan berusaha melakukan yang terbaik untuk mereka, karena mereka adalah sumber
inspirasiku untuk terus bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik.
***
Tiga setengah tahun berlalu begitu saja laksana air mengalir. Aku dirundung rindu pada bau basah pagi di Walesi, rindu pada riuh tawa anak-anakku yang kini sudah beranjak remaja. Nak, apa kabar? Bagaimana sekolah kalian? Harus tetap rajin shalat ya.
No comments:
Post a Comment