Friday, December 30, 2011

Si unik Kapur Barus


Sejarah Kapur Barus
Kapur Barus sudah bukan lagi barang aneh dalam kehidupan kita. Hal ini selain karena pemanfaatannya juga dikarenakan kapur barus memiliki bau yang sangat khas dan tajam.
Kenapa disebut kapur barus? Ini dikarenakan Kapur barus atau yang disebut juga dengan kamfer (atau camphor dalam bahasa Inggris) dahulu kala dibuat dari potongan kayu batang pohon Cinnamomum camphora yang banyak tumbuh di kawasan Barus. Dimana potongan-potongan kecil kayu ini direbus dan melalui proses penyulingan dan penghabluran diperoleh kristal kamfer sebagai bahan baku untuk diproses di pabrik.   Jadi tidak mengherankan kalau akhirnya kamfer ini dalam bahasa Melayu dinamakan ’kapur barus’. Istilah camphor pun sebetulnya juga berasal dari bahasa Sanskerta karpoor atau bahasa Arab kafur yang dalam bahasa kita diserap menjadi ’kapur’.
Sejak abad ke 9 Kota Barus terkenal sebagai penghasil bahan baku kamfer, bahkan hingga semua saudagar dari seluruh penjuru dunia berlayar ke Barus untuk membeli kayu penghasil kamfer ini. Cladius Prolomeus, seorang gubernur kerajaan yunani yang berpusat di Iskandariyah Mesir, membuat sebuah peta dan menyebutkan bahwa di pesisir barat Sumatera ada barousai yang dikenal sebagai penghasil wewangian dari kapur.
Namun, dewasa ini kapur barus tidak lagi diproduksi memakai bahan baku kayu pohon kamfer, tetapi dibuat secara sintesis dari minyak terpentin. Karena pohon kamfer mulai langka di hutan-hutan wilayah Barus. Ini membuat Kota Barus sama saja seperti kota kecamatan lain di daerah pinggiran yang hampir tak tersentuh roda pembangunan. Sebagian warganya mulai banyak meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan atau pendidikan di luar daerah.

Sumber Kapur Barus
Perlu diketahui bahwa pohon Kamfer (Cinnamomum camphora) termasuk dalam suku Lauraceae selain dari kayu manis (Cinnamomu iners). Tumbuhan ini dapat tumbuh di dataran tinggi, pegunungan, dengan ciri-cirinya sebagai berikut :
  • memiliki bau khas kulit manis
  • berkelamin ganda (diaceous) 
  • pohon, tinggi lebih dri 40 meter
  • kulit batang coklat, dan memiliki retakan vertical 
  • bunga majemuk berwarna kuning agak putih  
  • buah hijau, setelah tua menjadi biru

Tumbuhan ini mengandung zat naftalena yang merupakan salah satu senyawa aromatik. Dimana sebutir kapur barus biasanya mengandung 250-500 mg naphthalene.

Selain tumbuhan Cinnamomum camphora Pohon Kapur atau Dryobalanops aromatica merupakan salah satu tanaman penghasil kapur barus atau kamper. Kapur barus dari pohon Kapur ini telah menjadi komoditi perdagangan internasional sejak abad ke-7 Masehi.
Untuk mendapatkan kristal kapur barus dari Pohon Kapur dimulai dengan memilih, menebang, dan memotong-motong batang pohon Kapur (Dryobalanops aromatica). Potongan-potongan batang pohon Kapur kemudian dibelah untuk menemukan kristal-kristal kapur barus yang terdapat di dalam batangnya.
Karena penebangan yang membabi buta saat ini pohon Kapur menjadi pohon yang langka. Bahkan IUCN Redlist memasukkannya dalam status konservasi Critically Endangered atau Kritis. Status ini merupakan status keterancaman dengan tingkatan paling tinggi sebelum status punah. Selain menghasilkan kamper, Pohon Kapur juga dapat dimanfaatkan kayunya sebagai bahan bangunan, perkapalan, dinding, dan lantai karena memiliki kualitas kayu yang cukup baik.

Manfaat dan Dampak Kapur Barus
Kapur barus yang kini beredar dipasaran tidak lagi berupa padatan putih, bahkan sudah memiliki macam-macam warna. Karena baunya yang khas, kapur barus biasanya digunakan untuk mengusir bau tidak sedap bahkan mengusir tikus, serangga dan binatang lainnya. Karena mengalami proses sublimasi, biasanya kapur barus hanya bertahan kurang lebih 3 bulan (tergantung ukuran). Adapun penggunaan kapur barus adalah sebagai berikut:
  • Kapur barus untuk pakaian, cukup menaburkan kapur barus ke dalam lemari pakaian lalu dengan sendirinya pakaian anda akan selalu terjaga kewangiannya
  • Kapur barus untuk kamar mandi, taburkan saja di lantai kamar mandi anda dengan itu kamar mandi akan terasa tercium harum
  • Kapur barus untuk tikus, semut dan binatang lainnya. Taburkan ditempat yang sering disinggahi binatang tersebut, binatang yang melewati dan mencium bau kapur barus akan pergi dikarenakan wangi dari kapur barus tidak disukai binatang
  • Kapur barus untuk kolam berenang, ditaruhkan saja didar kolam berenang yang berguna untuk menghilangkan kuman yang ada pada air. Tapi ingat jangan terlalu banyak, karena akan membuat para pengguna kolam renang tersebut akan perih matanya.
Menurut studi WHO,apabila terjadi kontak langsung antara zat kamper (naftalen) dengan bayi secara perkutan (penyerapan melalui kulit ) dan paparannya yang sering secara berlebihan, maka dapat meningkatkan kadar bilirubin dalam darah sehingga akan mengganggu sistem syaraf pusat.
Kapur barus juga dapat merusak kamera, karena uap dari kapur barus dapat menyekat bagian kamera yang terbuat dari karet. Bahkan, uap kapur barus juga dapat mengotori lensa kamera.
Sedangkan pada kamera digital, kapur barus juga akan merusak dan merapuhkan PCB (printed circuit board) yaitu tempat chip dan elemen. Parahnya lagi, kerusakan kamera yang diakibatkan oleh kapur barus sangat sulit dan bahkan hampir tidak bisa diperbaiki lagi. Jadi, jangan sekali-kali meletakkan kamera di dalam lemari pakaian yang ada kapur barus atau pengharum pakaian lainnya.

Kapur Barus sebagai Zat Adiktif untuk meningkatkan Angka Oktan
Kapur barus jaman dulu umumnya terbuat dari senyawa Naftalen yang berasal dari pohon Kamfer. Naftalen merupakan suatu senyawa aromatik yang sebenarnya juga berasal dari minyak bumi. Naftalen memiliki angka Oktana yang cukup tinggi. Artinya kalau naftalen dicampur dalam bensin, pasti akan menaikkan angka oktan bensin tersebut. Jaman dulu penggunaan kapur barus dianggap “masih bisa ditolerir”, dikarenakan angka oktan bensin waktu itu memang relatif rendah dan juga syarat spesifikasi bensin belum seketat sekarang.
Namun sekarang produk kapur barus sudah jarang yang terbuat dari naftalen. Kebanyakan saat ini , terbuat dari Para diklorobenzen. Suatu Senyawa turunan aromatik yang lebih beracun dari naftalen. Senyawa ini berpotensi menghasilkan asam korosif yang berbahaya bagi mesin dan juga lingkungan.
Kalaupun kapur barus tersebut terbuat dari naftalen, sebenarnya juga bisa bermasalah karena bisa mengganggu proses pembakaran bensin itu sendiri.  Kapur barus memiliki titik didih 218oC, sementara  titik didih bensin  umumnya berkisar antara 27-200oC. Bahkan dominan titik didihnya  dibawah 190oC. Artinya,  kalau kapur barus ini  dicampurkan ke dalam bensin , bisa  berpotensi membentuk residu atau deposit arang pada proses pembakarannya . Selain itu kapur barus memiliki angka Melting Point ( titik leleh ) yang tinggi, yang berefek pada penyumbatan di filter bahan bakar. 
Lebih dari itu,  penggunaan senyawa aromatik (apapun itu) sekarang dibatasi kandungannya dalam bensin. Spesifikasi bensin premium , masih relatif tinggi  kandungan aromatiknya. Kalau ditambahkan naftelen , kandungan aromatiknya akan semakin tinggi . Senyawa aromatik meski memiliki Angka Oktan tinggi, dinilai bersfifat karsinogen,  sebagai pembentuk deposit, bisa menurunkan power dan penyumbang emisi gas buang berbahaya.
Jadi pikir-pikir lagi deh untuk menggunakan kapur barus sebagai zat adiktif...^^

2 comments:

My Featured Post

Si unik Kapur Barus

Sejarah Kapur Barus Kapur Barus sudah bukan lagi barang aneh dalam kehidupan kita. Hal ini selain karena pemanfaatannya juga dikarenaka...