Oke kali ini aku mau share about "Love Story",
hohoho
mulai dari yang sukses berat ^_^ ampe yang gagal total
-_-
mulai dari kisah pribadi ampe punya orang laen :D
dan tokoh utama #benerinjilbab
tetep "AKU"
dan
buat yang namanya aku pakek muup yak...cuma hiburan semata koq dan ambil
hikmahnya aja...siip plend :)
lets,,
Part 1
Namanya
Guntur. Aku kenal dia sejak kelas lima SD. Saat itu ada pertandingan puisi
antar SD. Antara SD-ku dan SD-nya. Pulang sekolah aku buru-buru ke
sekolahnya, penasaran siapa yang menang. Ternyata acara telah usai. Ketika aku
bertanya pada temanku, dia menyebutkan namanya. Oh. Hanya itu tanggapan
pertamaku untuk seorang Guntur yang akhirnya menjadi pacar pertamaku.
Temanku
Pegy ngajakin aku dan teman-teman untuk les bahasa inggris di tempat sodaranya.
Miss Lia. Dia guru bahasa Inggris favorit-ku sampai saat ini. Dari-nya aku
begitu mencintai English. Meskipun aku belum menguasainya dengan
baik. Tapi siapa sangka Guntur pun les juga. Mungkin bisa dikatakan
disitulah dia mengenalku meskipun kami tak pernah sekelas.
Dia
sering menitipkan salam untukku melalui teman-temanku. Kalian tahu apa yang
kufikirkan saat itu? Nothing. Untuk seorang gadis kecil berusia 10
tahun, tahu apa dia tentang cinta? Hal itu malah membuatku membencinya tanpa
alasan yang logis. Dan hal yang paling membuatku marah padanya saat itu adalah
ketika buku latihan les-ku dikembalikan oleh Miss Lia, aku mendapati tulisan di
halaman paling belakang :
Aku sangat mencintaimu Ranti
Guntur dan Madrizal
Madrizal atau Ical adalah teman mengaji-ku di MDA Nurul Falah. Dia anak
guru agama-ku. Di kelas dia sering bertingkah aneh, dan itu membuatku juga
membencinya. Salah satu tingkah anehnya adalah dia pernah mengejarku sambil
bilang "Ranti, I love you". Astaga, aku sampai stress
lari-larian dikejar dia. Dan siapa sangka dia teman Guntur, juga ikut
les. Aku jadi berprasangka buruk pada mereka. Pasti ada apa-apanya. Dan aku
semakin membenci mereka.
Aku adalah seorang cewek yang sangat mencintai karya sastra, terutama
puisi. Hari itu kami semua anak les dikumpulin jadi satu. Aku bertemu Guntur.
Kali ini aku mengenal baik rupanya. Apalagi saat dia membacakan puisi yang
berjudul "Penyesalan". Aku sempat hilang kata beberapa saat. Perlahan
rasa benci memudar. Bagiku puisi menunjukkan sisi baik dan buruk sekaligus. Dan
pada saat itu aku hanya melihat sisi baiknya.
Aku fikir dia telah melupakan cinta sesaatnya untukku. Karena beredar kabar dia jadian dengan teman satu sekolahnya. Tapi ketenangan tidak segera menghampiri. Seorang temanku Risman, diam-diam menyukaiku. Katanya. Karena aku tak pernah bertanya dan dia juga tak pernah mengungkapkan. Gosip-nya, Guntur dan Risman berantem karena aku. Bahkan ada juga yang bilang mereka mau tanding bola. Tapi aku tetap saja cuek tak peduli. Padahal dalam hati aku cemas. Kenapa mesti aku sih alasannya, mudah-mudahan tidak benar.
Masih teringat jelas olehku kejadian di rumah temanku. Aku dijebak. Saat itu aku sudah kelas enam SD. Umurku sebelas tahun. Hari itu
sepulang dari les kami rame-rame ke rumah temanku. Siapa sangka ternyata Guntur
sedang main bola di lapangan. Dan teman-temanku manggilin dia. Aku berusaha
untuk kabur dari sana, tapi aku ditahan, sepedaku juga ditahan, bahkan pagar
rumah ditutup rapat oleh mereka. Dia diinterogasi habis-habisan.
Begitupun denganku. Sampai akhirnya Guntur bilang dia sayang aku dan pengen aku
jadi pacarnya. Awalnya aku bersikeras menolak. Tapi aku dikerubungi semua
teman-temanku. Mereka memaksaku untuk menerima Guntur. Sampai akhirnya aku
bersikeras mau pulang, dan mereka akhirnya mengijinkan sambil menyatakan mereka
tak mau berteman denganku. Kalian tahu apa rasanya dijauhi teman-teman?
Menyedihkan. Dan akhirnya aku bilang iya, aku mau pacaran dengan Guntur.
Hari-hari pacaran kami berjalan dengan tidak normal. Kami tak pernah saling
bicara satu sama lain layaknya orang yang sedang dimabuk asmara. Kami hanya
saling berkirim surat menceritakan tentang diri kami. Bahkan dia pernah
mengirimkan pantun tentang rasa kasihnya untukku. Sampai akhirnya teman-temanku
memaksa kami untuk bertemu lagi di rumah temanku. Kami ditinggalkan berdua,
sedangkan mereka pada sembunyi di balik mobil. tapi kami hanya saling menatap
diam. Ya, bayangin aja. Kami tak pernah saling bicara layaknya teman
sebelumnya. Dia hanya selalu menyampaikan rasanya melalui tulisan atau orang
lain. Bahkan ketika dia ingin jadi pacarku saja, dia tak pernah menyampaikan
langsung padaku. Tentu saja ketika dihadapkan padaku dia tak bisa berkata
apa-apa. Karena dia tak tau bagaimana caranya bicara denganku sebagai pacar
sedangkan aku seolah cuek padanya. Melihat kami hanya diam, teman-teman kami pun keluar dari persembunyiannya. Layaknya anak TK kami dieja untuk menyatakan perasaan.
Guntur : Ranti sayang gak ma Guntur?
Ranti : Iya, sayang. Guntur cinta gak ma Ranti?
Guntur : Iya, cinta.
Semenjak itu banyak hal yang kufikirkan. Akhirnya aku memilih diam. Aku tak pernah membalas surat Guntur. Aku tidak les lagi. Aku menghilangkan diri darinya. Sampai ketika temanku bertanya apa kami masih pacaran, aku bilang udah putus. Teman-temanku sempat marah. Mereka bilang Ical sampai marah tahu Guntur pacaran denganku dan Guntur sampai gak main bola lagi karena aku. Bahkan karena itu aku dapat surat singkat dari Guntur.
Ranti kenapa sampai tega mutusin Guntur secara sepihak?
Pikiranku berkecamuk saat itu. Akhirnya aku jelasin semuanya. Tentang perasaanku yang sesungguhnya. Tentang betapa aku sangat menghargai perasaannya. Tentang aku yang tak mau kehilangan teman-temanku. Bahkan aku memberikannya foto-ku yang lagi makan ice cream sebagai kenang-kenangan. Tapi apa yang terjadi? Ternyata surat itu palsu. Guntur tak pernah menulis apa-apa. Itu tulisan temanku, karena mereka penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi denganku. Aku marah. Itu kemarahan pertama-ku untuk teman-temanku. Aku pulang dengan berurai airmata. Tak sedikitpun aku mau mendengar penjelasan mereka. Sekeras apapun mereka berlari mengejarku aku tetap tak peduli. Aku tak mengerti mengapa aku seperti ini. Apakah karena aku kecewa sama Guntur? Mengingat bagaimana ia mencoba mendekatiku selama setahun lebih, dan ketika aku bilang putus asal-asalan gitu dia malah diam saja. Whatever-lah.
Sampai aku masuk SMP aku tak pernah mendengar kabar tentang Guntur apalagi bertemu dengannya. Aku dekat dengan seseorang. Tapi kami hanya berteman. Tiba-tiba Guntur datang lagi. Dia menelponku. Aku tidak tahu itu dia, dia hanya menanyakan tentangku dan orang yang lagi dekat denganku. Aku tahunya keesokkan harinya dari temanku.
SMP kelas dua. Ada pertandingan olahraga di sekolahku. Aku yakin dia ikut bulutangkis. Karena aku tahu dia jago bulutangkis. Tapi aku hanya melihatnya dari kejauhan. Saat dia bertanding pun aku tak mau melihatnya. Aku merasa bersalah. Menjelang Ramadhan, aku memberanikan diri menulis surat untuk Guntur. Aku minta maaf padanya. Karena aku sadar aku tak pernah bilang apa-apa padanya, aku menghilang begitu saja dan menganggap hubungan kami telah berakhir meski tanpa kata putus. Berhari-hari aku dirundung rasa khawatir, akhirnya dia membalas suratku. Satu kalimatnya yang tak pernah bisa kulupakan :
Sebenarnya Guntur mau kita kayak dulu lagi. Tapi ya sudah, yang berlalu biarlah berlalu.
SMP kelas tiga. Akhirnya kami bertemu lagi. Saat itu upacara 17-an. Kami hanya saling senyum dari kejauhan. Aku lega.
Dan akhirnya kami satu sekolah, di SMA. Sempat agak bingung bagaimana cara memulai untuk berteman dengannya. Karena kami tak pernah saling bicara. Hari itu kami sama-sama ikut tes wawancara menjadi anggota OSIS. Kami berempat. Aku dengan temanku dia dengan temannya. Aku hanya diam mendengarkan obrolan mereka. Sampai akhirnya Guntur salah menyebutkan nama temanku. Dia menyebut namaku. Kami pun malu. Namun sejak itu semua kebekuan di antara kami mulai mencair. Aku bahkan mendengar tak sedikitpun dia melupakan aku. Dia bahkan sulit untuk pacaran lagi setelah putus denganku. Aku sempat berniat ingin meminta hatinya kembali. Tapi aku merasa tidak pantas. Aku pernah melukai hatinya. Jadi apa hakku untuk meminta kebahagiaan darinya? Jadi, aku mengalir saja. Berteman baik dengannya. Dan mendoakan kebahagiaannya agar bertemu gadis baik sebagai jodoh-Nya. Aamiin.
Hikmah :
Kecil-kecil jangan pacaran dulu, suka boleh tapi berteman saling mengenal dulu lebih baik. Kejarlah ilmu dan cita-cita lebih dulu. Karena cinta tak akan kemana-mana, dia akan selalu ada di sekitar kita.
No comments:
Post a Comment