Thursday, January 18, 2018

Dia matahari-ku

Sebenarnya sudah lama ingin menuliskan tentang Uda. Tapi banyak banget pertimbangannya saat itu. Jadi baru terealisasi sekarang.
Aku bakal lebih banyak cerita tentang bagaimana hubungan ini bisa terbentuk.
Layaknya cerita-cerita di ftv, hubungan ini berlangsung cepat begitu saja.
Hubungan ini mungkin biasa saja bagi sebagian orang. Tapi bagiku dan Uda, cerita cinta kami, merupakan sebuah keajaiban luar biasa.  

*** 

Dia yang membersamaiku lebih  dari tiga tahun ini. Dia yang selalu bertahan dengan segala gejolak emosiku, yang kadang aku sendiri tak bisa memahaminya. Dia yang tak pernah meninggalkan tempatnya meskipun sangat bisa melakukannya, meskipun aku berulang kali menyakitinya, berulang kali ingin meninggalkannya. 
Syamsul Anwar, menyebut namanya saja sudah membuatku jatuh cinta. 

Aku masih ingat jelas pertama kali tiba di walesi, 1 september 2014. Memang pos satgas tepat di belakang rumah kami, bahkan kami pernah memenuhi undangan makan disana, tapi siapa sangka pertemuan pertama kami justru di sekolah, saat latihan upacara pertama kami di sekolah tersebut, 20 september 2014. 

Siang itu aku ngumpulin ranting-ranting yang dipakai anak-anak untuk bermain. Aku membawa ranting itu ke kantor, kemudian dia tiba-tiba muncul dihadapanku dan meminta beberapa ranting yang sudah kukumpulkan. Katanya mau dipakai untuk melatih anak-anak upacara. Sekilas aku memperhatikan caranya melatih anak-anak mengibarkan bendera. Fatma, bahkan beberapa guru lainnya memuji caranya melatih, karna dia sangat sabar dan melakukannya dengan sungguh-sungguh. 

Hari itu memang pertemuan pertama kami, tapi kami tidak sempat berkenalan. Aku bahkan tak tau namanya siapa. 

Berikutnya saat hari raya Idul Adha. Ketemu lagi dengan dia saat proses pemotongan hewan Qurban. Tak ada yang istimewa memang, dia sibuk jadi tukang foto, aku sibuk sendiri menjadi tuan rumah untuk teman-temanku. Sapi kami baru saja selesai disembelih, tiba-tiba dia panggil aku, "ibu guru", dan segera membidikku dengan kameranya, aku langsung tersenyum dan bergaya seadanya :D  


Dan aku masih belum tau namanya saat itu.

Beberapa hari kemudian setelah itu, 10 oktober 2014. Kami, the blue house family berencana jalan-jalan ke arah PLN. Melihat turbin dan sungai yang mengalir deras disana. Tak hanya kami berempat, bahkan om sulis dan dia juga ikut. Katanya sih dipaksa ikut sama om sulis :D

Gara-gara Fatma dan Erna jalannya cepat-cepat, dan Fitri jalannya malah santai sekali. Akhirnya Fitri malah ketinggalan jauh di belakang, jadinya om sulis nyusulin Fitri deh karna khawatir entar kenapa-kenapa, dan tinggallah aku berdua dengan dia. Kami tak banyak bicara dan terus saja berjalan, mungkin karena sama-sama bingung mau membicarakan apa. Lagi-lagi aku  masih belum tau siapa namanya saat itu. Btw, foto di bawah ini, erna sempat ku-crop waktu udah resmi jadian sama dia :D




Bisa dibilang dia hadir disaat yang tepat. Menjadi penawar untuk semua luka di hatiku.  Luka yang bertahun-tahun selalu tinggal bersamaku denganku. Kehadirannya sungguh sangat berharga. Saat itu hatiku ibarat langit yang sedang mendung, gelap sekali dan siap menumpahkan segala isinya, segala bebannya, namun tiba-tiba dia muncul seperti matahari, mencerahkan langitku seketika dan mengusir mendung.

Kami akhirnya temenan di BBM, dia yang invite duluan dengan nama Briant Anwar. Kusimpulkan namanya Anwar saat itu. Bisa dibilang kami satu radar, karna kami jadi dekat dengan cepat. Ngobrol sama dia nyambung banget, bahkan kami sampai punya panggilan lucu-lucuan. Aku manggil dia kelelawar, dan dia manggil aku cengkerikik. Please jangan tanya aku apa itu cengkerikik. Yang manggil aja ga tau itu apa. 

Dua hari kemudian aku diminta bantu-bantu masak di pos, dia kaget kok aku ada disana. Kemudian salah seorang om, kalau ga salah sih danpos, manggil namanya dengan sebutan Syamsul. Ternyata nama aslinya adalah Syamsul Anwar, haha. Karna dari awal ngira nama dia anwar, aku masih manggil namanya Kak Anwar. Kakak? Hahaha. Berasa jadi anak SMA ya manggil dia kakak :D , abisnya dianya ga mau dipanggil om. Padahal jelas-jelas usiaku tua berapa bulan lho dari dia. 

Tanggal 19 oktober 2014, kami berencana pergi piknik ke air terjun Walesi. Kami pergi bertujuh. Aku, fitri, fatma, erna, om sulis, om nanang dan dia. Om-om yang lain sibuk persiapan packing mau pulang katanya. Walaupun jadwal pulangnya entah kapan karena kena undur terus.


Di tempat inilah kami mulai makin dekat dan mulai banyak ngobrol. Sampai dicie-ciein sama yang lain. Tapi karena ga ada hubungan apa-apa kami woles aja. Lucunya waktu dia ngajakin foto berdua eh tiba-tiba Erna yang tukang motoin bilang "Ingat F***y nti." Eh dianya malah mundur bilang ga jadi fotolah, hahaha. 

Ya, jujur saja sejak awal SM3T sebenarnya aku lagi dekat dengan teman sejawat, dan kak Anwar tahu itu. Tapi sejak di penempatan tugas entah kenapa kami malah semakin menjauh. Ya, ada yang bilang dia dekat lagi dengan mantannya, aah entahlah. 

Keesokkan harinya sepulang sekolah, tiba-tiba aku diberi tahu bahwa mereka semua akan kembali ke Jayapura. Aku kaget, karena sejak kemarin dia ga ada bilang apa-apa. Chat pun biasa-biasa saja. Aku pun pergi keluar, ke rumah mama ziva, ternyata om sulis yang ada disana. Dan dia membenarkan bahwa mereka akan dijemput nanti malam. Om sulis bahkan cerita, kalau kembali ke kompi B mereka itu artinya kembali hidup tanpa sinyal dan tanpa internet. Kalau mau nelpon pun harus jalan dulu keluar dari kompi. Ya ampun siapalah aku ini yang mesti dibela-belain dia nyari sinyal buat sekedar nyapa doang. Hahaha. 

Malam pun tiba dengan cepat, aku jalan ke asrama, karna kebetulan malam itu jadwal mengajar malamku. Tau-tau disana sudah ada om Nanang, sedang minta izin ke Pak Sumadi untuk membawa anak-anak ke Pos. Aku juga diajak kesana. Katanya semua udah ngumpul. Ternyata beneran teman-temanku yang lain sudah disana. Pos mendadak rame malam itu. Fatma nanyain dianya mana, ya aku ga tau karena sampai saat itupun aku belum ada komunikasi lagi. Sampai akhirnya beberapa mobil datang, dan akhirnya dia keluar bersama yang lain. Kami semua saling berjabat tangan. Hanya satu kata yang dia ucapkan saat melihatku, "Cengkerikik."

Dia pergi.
Aku galau seketika. Wkwkkk.
Teman-temanku pun menyadari perubahan hatiku. 
Tiba-tiba dia chat di bbm,
Minta nomer hp-ku dan bertanya apa nanti dia boleh menelponku. 
Blush.
Hubungan ini berlanjut?
Entahlah. Yang aku tau aku tersenyum waktu itu.

Sore, 25 oktober 2014. Hp-ku berdering. Nomor tak dikenal masuk. Aku angkat saja, rupanya om sulis dan dia bilang Syamsul mau bicara denganku. Aaaaakk. Aku sampai menahan teriak-ku saking girangnya. Dia nelpon pakai hp om sulis karena hpnya tak kunjung dapat sinyal. Dan hari-haripun berlanjut ditelpon.

31 Oktober 2014, dia menyatakan perasaannya kepadaku. Lewat telpon. Tapi kesannya ga serius gitu. Karena waktu kubilang apa ga terlalu cepat, eh dianya bilang ga jadi. Anggap aja dia ga pernah nyatain itu. Hahaha. 

Hubungan ini terbentuk dengan cepat. Awalnya banyak yang meragukan, akan sampai dimana aku bertahan. Karena aku ga bisa LDR, aku ga suka hubungan yang ga pasti. Bahkan sebelum memutuskan untuk berjalan dengannya, ibu sudah menentang keras perasaanku yang mulai bersemi ini. Karena ibu ga mau aku nanti tinggal di Papua. Hahaha. 

Sebelum dengan uda, aku telah banyak membuat ikatan dan gagal. Logikaku sendiri sebenarnya meragukan keputusanku saat itu, tapi hatiku tak sungkan-sungkan menyambut tangannya. Aku sampai tak menyadari kapan keraguan itu sirna. Kapan cinta itu mekar dengan indahnya. Kapan aku menjadi begitu yakin.

Yang aku tau, sejak tangannya kusambut, tak sekalipun genggaman itu terlepas. Meski sesekali badai datang, kabut menyelimuti, kami masih saja terhubung.


Tiga tahun lebih telah berlalu, badai yang datang silih berganti di hubungan jarak jauh Pekanbaru-Wamena ini pada akhirnya malah menguatkan hubungan ini. Aku, Ranti si gadis minang yang besar di Riau, sedangkan uda Syamsul adalah pemuda bugis yang besar di Sulawesi Tenggara. Siapa sangka di usia 23 tahun, Allah mempertemukan kami di Papua, lalu kini memutuskan akan meniti jalan kehidupan bersama selamanya. 

Tepat 15 desember 2017, orang tuaku memberikan restu dan dua minggu kemudian orang tuanya datang melamarku untuknya. Insyaa Allah 21 April nanti kami menikah, memulai ibadah panjang sampai nafas terakhir. 

Aku sadar masih banyak kekuranganku, tapi aku akan terus belajar,
menjadi yang terbaik, memberikan yang terbaik.
Untuk keluargaku, dan untuk orang yang kelak menjadi bagian dari keluargaku.
Uda, selamanya adalah matahari-ku,
matahari yang akan terbit setiap hari, walau semendung apapun keadaannya. 
and thank you always be mine forever.



No comments:

Post a Comment

My Featured Post

Si unik Kapur Barus

Sejarah Kapur Barus Kapur Barus sudah bukan lagi barang aneh dalam kehidupan kita. Hal ini selain karena pemanfaatannya juga dikarenaka...