Percaya sama hal-hal gaib?
Sebagai muslim, aku percaya.
Pernah mengalami pengalaman mistis?
Pernah sih beberapa kali.
Cerita dong cerita 🤣
Hahaha
Inilah aku dan perjalananku. Nikmati semua cerita dan postinganku tanpa berusaha menghakimiku.
Percaya sama hal-hal gaib?
Sebagai muslim, aku percaya.
Pernah mengalami pengalaman mistis?
Pernah sih beberapa kali.
Cerita dong cerita 🤣
Hahaha
Pertama kali dengar lagu ini, yang terlintas di benakku saat itu adalah uda. Lagu ini ngegambarin banget perjalanan cinta kami, bagaimana aku dan uda terus saja bertahan dalam hubungan yang bagi orang lain tak mungkin dan tak mudah.
Mungkin mereka berpikir kami ini terlalu nekat atau kami sudah "gila", karena cinta telah membutakan logika kami.
Ah,
Mungkin mereka benar, kami memang sudah gila.
Tapi seakan tak peduli, kami malah terus saja saling meyakinkan bahwa ini belum apa-apa, Allah pasti akan kasih jalan jika kami terus saja percaya.
Bahkan setelah menikah dan punya anakpun, masih banyak yang geleng-geleng kepala dengan setiap pilihan yang kami ambil.
Kami punya sejuta mimpi yang takkan mudah dipahami siapapun. Biarlah waktu saja yang membuktikan keputusan ini benar atau salah, tapi tetap saja mau salah atau benar bagi kami, yang terpenting adalah kami selalu bersama-sama menjalaninya sampai akhir.
Apalagi semenjak menikah, punya anak, aku malah makin cinta dengan uda. Orang ini sejak awal tak pernah meragukanku sedikitpun. Dia selalu berusaha menyempurnakan mimpi-mimpi yang kukejar. Orang yang selalu berusaha menjadikanku sebagai versi terbaik dari diriku. Orang yang akan selalu siap jadi back up kapanpun.
Inilah yang membuatnya berbeda sehingga aku memilihnya sebagai pendamping sampai akhir.
So, lets sing with me gaes. Here's for you from us.
A Million Dreams - by Ziv Zaifman, Hug Jackman, Michelle Williams
(OST. The Greatest Showman)
Sesuai janji aku di postingan sebelumnya, aku akan ceritain riwayat keguguran pertamaku di kehamilan kedua.
***
Setelah mengalami proses melahirkan secara sesar dengan tidak merasakan gelombang cinta yang intens apalagi pembukaan, maka mulailah aku mencari-cari tentang VBAC (Vaginal Birth After Caesarea). Walaupun pengennya setelah quthbie lepas ASI baru program lagi, tapi berhubung kami tidak KB, jadi aku tetap kumpulin ilmu banyak-banyak tentang VBAC ini.
Dan benar saja, qadarullah, di usia quthbie 11 bulan aku ga haid lagi 😂 tapi karna ga mau geer, aku tungguinlah kan. Soalnya waktu masih gadis aku pernah ngalamin 1-2 bulan ga haid, dan menurut dr. Bawono Suryo, dokterku kala itu, penyebab tidak haidnya aku adalah karena terjadi ketidakseimbangan hormon.
Tapi masuk bulan berikutnya masih ga haid juga, jadi akhirnya ngomonglah sama abi-nya kan kalo udah dua bulan ni aku ga haid, dan dibelikanlah test pack. Alhamdulillah dapat garis dua waktu itu 😆
Untuk memastikan kehamilan ini rencananya kami mau USG, tapi berhubung sedang libur natal dan tahun baru dokter-dokter kebetulan pada cuti. Jadi ya kita tunggulah sampai awal tahun.
Awal-awal hamil, seperti biasa ngalamin yang namanya mual-mual. Tapi anehnya itu hanya berlangsung selama beberapa hari saja. Habis itu kok ngerasa kayak ga lagi hamil ya? Tapi ya berusaha positif thinking aja. Selang beberapa hari kemudian, malam itu pas lagi asik-asik nyantai di tempat tidur bareng abi dan quthbie, tiba-tiba aku ngerasain ada yang merembes lumayan banyak. Astaghfirullah. Aku buru-buru ke kamar mandi, subhanallah, banyak banget darah yang keluar waktu itu. Aku langsung lemes dan nangis-nangis ke abi quthbie.
Malam itu juga abi quthbie langsung telpon dokter di poliklinik, mau dibawa langsung ke UGD tapi karna pendarahan udah berhenti aku bilang besok pagi aja ke RS. Dokter suruh pantau terus keadaanku. Dan malam itu terasa panjaaang sekali karna kami cemas dengan calon bayi kami.
***
Besok paginya ternyata masih ada flek, tapi syukurnya tidak sebanyak malam sebelumnya. Karna dr. Charles masih belum bertugas jadinya hari itu cek dengan dr. Imanuel. Hasil USG menunjukkan ukuran kehamilanku baru 6 minggu, padahal kalau dihitung HPHT harusnya sudah 10 minggu lebih. Beliau khawatir janinku tidak berkembang, sehingga kemungkinan aku akan mengalami keguguran. Dengan mata berkaca-kaca, aku menerima resep penguat kandungan dari dokter. Ya Allah, lindungi janinku.
Hari-hari bedrest menjadi terasa amat melelahkan. Padahal ga ngapa-ngapain tapi sedihnya pendarahan masih terus saja terjadi. Aku sempat stres dibuatnya, sehingga diam-diam banyak menangis dalam hati. Tapi namanya suami udah hapal semua gerak-gerik kita kan, jadi dia ga henti-hentinya nasehatin dan nguatin supaya akunya ikhlas seraya tetap berdo'a.
Alhamdulillah meskipun jauh dari orang tua, aku punya mba-mba dan ibu-ibu yang baik di sekitarku. Yang selalu kasih semangat dan bantu nguatin aku, bahkan nawarin banyak bantuan. Banyaknya dukungan dari mana-mana membuatku tegar kembali dan yakin bisa melewati semua ini.
***
Namun,
Qadarullah, sore itu setelah menerima kunjungan dari ibu-ibu kompi markas yang datang menjenguk, tiba-tiba aku mengalami kontraksi. Aku mengalami pendarahan hebat kembali. Suamiku sampai panik dan segera mencari bantuan. Aku merasa antara sadar dan tidak sadar waktu itu karena perutku sakit sekali. Pokoknya tau-tau aku sudah berada di dalam ambulance, dan mendengar suamiku berulang kali memanggil-manggil namaku. Tapi hal yang teringat pertama kali waktu itu adalah quthbie. Dan abi-nya bilang, quthbie udah dipegang sama mba hengki, ga usah khawatirin itu dulu.
Selama dalam perjalanan ke rumah sakit suami ingatin aku untuk terus istighfar, dia berusaha menjagaku tetap tersadar agar tak putus berdzikir. Ya Allah, apa ini yang namanya kontraksi? Sakitnya tak bisa dijelaskan bagaimana rasanya, dengan berurai air mata aku berusaha mengatur irama nafasku. Tapi kenapa sulit sekali rasanya.
Sesampainya di rumah sakit, dari ruang UGD aku dibawa ke ruang bersalin. Aku di-VT bidan sampai dua kali karna mereka tidak menemukan apa yang mereka cari. Dan malam itu aku disuruh istirahat dulu karna dr. Charles besok pagi baru datang. Sempat keluar darah yang menggumpal, tapi setelah dicek ternyata tidak ada jaringan dalam gumpalan darah itu.
***
Keesokan harinya kami masih berharap ada keajaiban. Tapi hasil USG menunjukkan janinku memang tidak berkembang. Dokter menyarankan untuk melakukan kuret, karna dipertahankanpun percuma. Pada akhirnya janin akan keluar sendiri, ibunya yang kasihan karna akan terus mengalami pendarahan. Apalagi posisi janin sudah di depan mulut rahim. Sekali lagi aku melihat wajah suamiku yang masih terdiam dan kemudian balas melihatku yang masih menunggu keputusannya. Ya Allah, kenapa sakit sekali rasanya dada ini. Melihat aku yang hampir menangis, akhirnya dokter menyuruhku untuk istirahat kembali dan berdiskusi dulu dengan suami.
***
Rasa sakit saat kehilangan Fathian kembali menyeruak. Rasa sakitnya makin menjadi disaat aku harus merelakan janin ini. Ya Allah, jika benar janin ini harus engkau ambil kembali, beri aku tanda ya Allah. Aku tak mau hanya karna demi mengasihani diri agar tidak kesakitan aku malah membuang anugrah ini.
Dan malam itu juga Allah jawab do'aku. Tiba-tiba aku kembali merasakan perutku tidak enak. Rasa-rasa ada yang mau keluar. Aku minta ditemani suami ke kamar mandi untuk buang air kecil. Dan keluarlah jaringan yang berbentuk gumpalan daging itu ðŸ˜
***
Esok paginya, wajahku tak lagi sesendu sebelumnya. Hatiku sedih tapi aku sudah merelakan. Setelah di USG kembali, dokter mengatakan masih ada jaringan yang tertinggal dalam rahim, sehingga sebaiknya aku tetap melakukan kuretase agar tidak mengalami pendarahan terus menerus. Walaupun katanya kuret itu ga sesakit sesar, tapi tetap aja ngeri ngebayangin alat masuk untuk mengambil jaringan di dalam rahim kita.
Saat mau kuret, suami ga berani liatin prosesnya. Dia berdiri aja di depan pintu. Trus pas dokter anestesinya mau bius dia bilang, maaf ya bu saya mulai. Dan tiba-tiba gelap. Gelap. Gelap. Asli aku ga tau apa yang terjadi setelah itu 😂
***
Tiba-tiba aku mulai melihat setitik cahaya, lama-lama titik cahaya itu mulai melebar memenuhi seluruh pandanganku. Aku bisa mendengar dengan jelas suara roda yang bergesekan dengan lantai. Lho, udah selesai ya?
Aku juga mendengar dengan jelas suara suamiku. Sekuat tenaga aku berusaha menggerakkan tubuhku. Aku mau bilang, "sayang, aku udah bangun lho, aku denger lho suara kamu" 😅
Pelan-pelan tapi pasti, akhirnya aku bisa menggerakkan jari-jariku kemudian membuka mata. Udah kayak adegan di drama-drama rumah sakitlah pokoknya, hahaha.
Dengan sendok aku disuapin air minum. Katanya ga boleh banyak-banyak. Nanti mual. Padahal aku sudah lapar karena sejak semalam disuruh puasa. Jadinya aku disuapin roti sedikit-sedikit deh. Ah, lelaki ini. Allah Maha Baik, Dia udah kasih kamu buat aku.
***
Kehilangan anak dan calon anak sempat membuat duniaku runtuh berkali-kali. Tapi sekali lagi, Allah Maha Baik, karena memberikanku suami yang baik 😚 dan anak yang baik pula.
Alhamdulillah selama melewati proses yang sulit itu, Quthbie tidak pernah rewel dan sabar menantikanku. Jadi anak yang kuat ya Nak.
Sejarah Kapur Barus Kapur Barus sudah bukan lagi barang aneh dalam kehidupan kita. Hal ini selain karena pemanfaatannya juga dikarenaka...