Friday, March 30, 2018

Drama Panjang Pengajuan Nikah (Prawedding Part 1)

Kenapa judulnya pengajuan nikah?

Ya karna uda, calon suami saya adalah seorang anggota TNI AD.
Jadi untuk urusan adminitrasinya gak cuma di kelurahan dan KUA saja. Harus ada bukti sah kita udah diterima sebagai calon istri tentara, yang ditandai dengan adanya Surat Izin Nikah yang sudah ditandatangani oleh komandannya.

Ribet?

Ya keliatannya sih rada ribet, tapi kalau dijalani dengan lapang dada dan sabar insya Allah, pertolongan Allah selalu menyertai tiap langkah atas niat baik kita ini.

Setelah mendapatkan tanggal kepastian rencana pernikahan, maka semua drama Pengajuan Nikah ini pun dimulai. Dibilang drama, karna disini penuh tawa, amarah, tangis, bahkan berdarah-darah :D *lebay yak

Uda adalah seorang bintara yang kebetulan memegang jabatan sebagai seorang Juyar. Jadi dia akan sangat sibuk di awal dan akhir bulan. Karna raga saya berada di Barat Indonesia dan uda di Timur Indonesia, maka urusan SIN ini hanya melalui via telepon dan kantor pos. Udah berasa balik ke jaman dulu main surat-suratan. 

Baru mau memulai kami sudah ribut. Orang tuaku sibuk nanyain mulu, karna gak tau aku sibuk nanyain uda. Karna akunya nanya mulu dan uda lagi ribet, ya akhirnya kayak sendok beradu sama garpu. Kesibukkan uda akhirnya membuat uda baru izin sana-sini di minggu kedua januari, yang akhirnya beliau kirimin saya surat pengantar pemeriksaan kesehatan. Karna perjalanan surat memakan waktu 6-7 hari, saya dan ibu mulai mengangsur persyaratan lainnya.

Part A
Kami ke kelurahan untuk mencari berbagai informasi. Setelah mendapatkan surat pengantar RT/RW, langsung urus surat pengantar Nikah, surat domisili, surat pernyataan belum pernah menikah, surat kesanggupan calon istri, surat persetujuan orang tua. Semua ini alhamdulillah selesai dalam 2 hari. Karna mesti keliling sana-sini nyari tanda tangan dan minta fotokopi ktp saksi bahwa saya masi perawan :D

Part B
Pagi-pagi pergi ke kantor polisi bareng ibu dan ayah untuk pengurusan SKCK. Karna saya sudah pernah punya jadi hanya tinggal perpanjangan saja dan selesai dalam waktu satu jam. Yang lama itu pembuatan SKCK ayah dan ibu, karna buat baru. Harus antri ambil sidik jari dulu dan baru kelar menjelang siang. Suasana saat itu dari pagi sangat ramai ,karna kebetulan ada pembukaan taruna polisi, makanya harus sabar menunggu. Lagian petugasnya baik-baik.

Part C
Surat pengantar pemeriksaan sampai ke rumah di minggu ketiga. Saya dan ibu berangkat pagi-pagi ke RST. Disana hanya pemeriksaan dasar biasa, tes HIV dan tes kehamilan. Karna semua clear dan sedang tidak ramai, jadi surat kesehatannya selesai dalam satu hari juga.

Part D
Semua persyaratan udah clear kecuali SKBD. Nungguin surat pengantar litpers ini luar biasa lamanya. Padahal Pasi Intelnya udah vcall saya dari akhir januari tapi suratnya keluar sebulan kemudian. Dan sudah pasti bisa ditebak gimana rewelnya saya ke uda :D Jadi saya baru bisa urus surat ini minggu kedua maret di kelurahan, kecamatan, koramil dan kodim. Surat ini pun selesai dalam waktu empat hari.

Part E
Semua persyaratan sudah sampai ditangan uda. Tinggal nunggu diterbitkan aja SIN-nya, tapi ternyata ada satu persyaratan saya yang gak lengkap. Yaitu surat domisili ibu. Astaghfirullah. Saya sempat ngomel-ngomel karna bla-bla-bla. Tapi ya ujung-ujungnya saya ngalah juga, toh demi berdua, besoknya pergi ke RT/RW dan kelurahan. Dan semua kelar ba'da jumatan. 

Part F
Setelah kiriman dokumen dari camer sudah datang, akhirnya baru bisa ke KUA lengkapi persyaratan. Karna masi nunggu SIN, jadi baru akan dilengkapi lagi 5 hari sebelum hari H, sambil pemeriksaan, ketemu penghulu dan bayar uang adm nikah (karna nikah diluar balai nikah).

Banyak yang nanya kenapa saya gak ke kesatuannya uda, menghadap komandannya. Seperti nikah kantor pada umumnya. Ini bukan karna saya istimewa. Ini karna ada kebijakan khusus dari komandannya untuk anggota yang punya calon di luar daerah yang jauh seperti saya ini, sehingga diperbolehkan mengurusnya tanpa harus menghadap dulu. Tapi nanti setelah sah diijab kabul, saya mesti segera menghadap bersama suami. Istilahnya nyusul. 

Satu dua bulan di awal memang rada konslet, tapi makin kesini kami jadi makin belajar mengontrol emosi. Gimanapun kesalnya tetap harus saling berpegangan tangan menghadapi dunia. Karna nikah ini ibadah paling panjang, dan ujiannya takkan ada habisnya kecuali maut datang menjemput.

Yang membuat aku bersyukur banget adalah semua orang-orang yang aku temui dalam pengurusan pengajuan nikah ini baik-baik banget. Tak satupun yang menyulitkan. Semua aturan dan persyaratannya jelas. Pertolongan Allah benar-benar sangat terasa.

Semangat Menikah untuk yang lainnya. Semoga niat baik kita semua ini diridhoi Allah, aamiin.


Friday, March 23, 2018

Ibu Guru Fitri in Memoriam

Udah berapa minggu gak nulis karena disibukkan dengan berbagai hal persiapan wedding-ku. Nantikan ceritanya setelah persiapan ini selesai semua ya. 

Tapi beberapa hari yang lalu aku sempat nulis di web lain. Aku nulis kisah salah seorang sahabatku "Fitri Afridayanti" yang telah berpulang ke rahmatullah di web Jurnalisme MSI. Aku gak akan posting ulang di blog aku ini, tapi kalian bisa baca di link yang aku bagikan di bawah ini. 


Selamat membaca, semoga kisah Ibu Guru Fitri dapat menginspirasi teman-teman guru atau calon guru dan bisa lebih mendedikasikan diri untuk Pendidikan Indonesia. 


My Featured Post

Si unik Kapur Barus

Sejarah Kapur Barus Kapur Barus sudah bukan lagi barang aneh dalam kehidupan kita. Hal ini selain karena pemanfaatannya juga dikarenaka...